Koalisi...Koalisi...Koalisi. Itulah kata yang paling hangat diperbincangkan di panggung politik tanah air dalam beberapa minggu terakhir ini. Ia menjadi bahan obrolan hangat saat nongkrong di warung kopi, atau di sela istirahat kerja. Ia diburu kuli tinta dan para jurnalis untuk diangkat menjadi head line di surat kabar atau tabloid. Ia menjadi topik menarik untuk acara talk show di layar kaca. So, kini ia menjelma laksana seorang primadona, bintang pujaan yang dirindukan banyak orang.
Dalam sistem kepartaian di tanah air dengan kekuatan atau perolehan suara antar partai yang hampir berimbang, maka tentu saja koalisi menjadi sebuah keharusan untuk memenangkan kompetisi pada pemilihan presiden dan wakil presiden nanti.
Namun, sebagai rakyat biasa, juga orang yang tidak berkepentingan langsung dengan pesta pora di panggung politik praktis negeri ini, ada sedikit tersimpan harapan bahwa koalisi yang dibangun bukanlah koalisi setengah hati demi melanggengkan kursi kekuasaan semata. Bukan pula koalisi dengan misi untuk membagi-bagikan jatah menteri dan posisi strategis. Dan bukan pula koalisi hanya sekedar sensasi demi untuk ikut kompetisi di ajang pemilihan pemimpin negeri ini.
Sebagai anak bangsa, sebagai orang biasa, ada harapan tersimpan dalam dada agar koalisi yang dibangun adalah koalisi sepenuh hati. Partai, ideologi, bendera, warna baju boleh berbeda, tetapi tetap satu visi, satu misi, yakni koalisi untuk negeri. Koalisi yang dibangun haruslah sebuah kekuatan kolektif yang dilandasi oleh hati nurani bukan ambisi, kebersamaan bukan perpecahan. Koaliasi haruslah sebuah orkestra yang penuh harmoni dalam nada dan irama.
Sungguh negeri ini perlu bukti-bukti bukan hanya janji-janji. Negeri ini perlu menatap masa depan dengan tenang bukan hari-hari yang dipenuhi kebimbangan. Negeri ini perlu pemimpin sejati bukan penguasa. Negeri ini butuh koalisi untuk negeri bukan koalisi untuk melampiaskan hasrat semata.
0 komentar:
Posting Komentar