Saat panggung politik negeri ini disuguhi berbagai adegan manuver para elit partai yang tengah kasak-kusuk menghimpun kekuatan, membangun koalisi, dan menggadang para jagoannya menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden, justru di panggung lainnya kita masih disuguhi tontonan yang mengenaskan, memprihatinkan, menebar iba serta menusuk hati nurani.
Ya, di sudut-sudut remang kehidupan, di pojok-pojok kegelapan malam, di sekitar kita, di balik hingar-bingar pesta, masih ada puluhan juta orang yang tengah berjuang melawan ganasnya roda-gila zaman. Kejamnya ketidakadilan pembangunan yang mereka rasakan seolah-olah telah mengubur harapan, dan meluluhlantakan impian masa depan. Yang tersisa hanyalah nyanyian duka lara lewat nada-nada yang menyayat sukma.
Saat ratusan milyar rupiah dana kampanye digelontorkan demi merebut tahta kekuasaan, jutaan saudara-saudara kita boleh jadi sedang meradang menahan rasa lapar, menggigil menahan hawa dingin, menangis menahan rasa sakit. Sungguh saat ini masih begitu banyak saudara-saudara kita tak mampu membeli makanan, tak memiliki tempat berteduh yang layak, tak memiliki pekerjaan tetap, tak memiliki kesempatan sekolah, bahkan boleh jadi mereka tak lagi memiliki harapan tentang masa depannya sendiri.
Ancaman kemiskinan dan kehilangan harapan masa depan adalah menu keseharian dan kawan seperjuangan mereka. Namun, walau tangan-tangan mereka lemah, hati-hati mereka terkoyak, jiwa-jiwa mereka goyah, boleh jadi mereka tidak ingin menjajakan iba, tidak meminta belas kasihan, dan tidak memaksa uluran tangan orang lain. Boleh jadi mereka hanyalah menginginkan sedikit rasa empati dari para petinggi negeri karena mereka juga adalah putra-putri ibu pertiwi yang lahir dan hidup di negeri ini.
Walaupun merupakan salah satu kewajiban negara, namun, tentu saja, mengulurkan tangan membantu saudara-saudara yang sedang menderita hakekatnya merupakan kewajiban kita semua. Kewajiban kita untuk membangkitkan kembali harapan dan semangat hidup yang masih tersisa. Kewajiban kita semua menghapus air mata duka lara mereka.
0 komentar:
Posting Komentar