Jumat, 21 Agustus 2009

Marhaban Yaa Ramadhan!

Selamat datang bulan suci Ramadhan! Aku menanti dalam kerinduan yang dalam, seraya berharap secercah cahaya datang. Cahaya Illahi penerang hati yang sedang gelap gulita, penenang sukma yang sedang gundah gulana. Karena Engkau telah menjanjikan sejuta keutamaan di bulan suci ini. Engkau melipatgandakan pahala setiap amal kebaikan. Engkau ampuni dosa-dosa walau tak terbilang jumlahnya. Engkau limpahkan karunia bagi siapa saja yang dikehendaki.

Bulan suci Ramadhan akan kembali datang. Hanya tinggal dalam hitungan jam. Dan telah kuteguhkan hati ini, kubulatkan tekad di dada dan akan kusambut dengan sepenuh hati, dengan linangan air mata suka cita, kedatangan bulan suci ini agar ia tidak pergi dan terlewati tanpa arti.

Bulan suci Ramdhan adalah ajang yang tepat untuk berlatih diri menahan emosi yang sering tak terkendali, membersihkan hati yang telah terkontaminasi virus-virus menghancurkan, melawan segala godaan syetan yang selalu menyesatkan dan menjerumuskan.

Bukankah pada intinya puasa di bulan Ramadhan adalah pembiasaan diri untuk melatih kesabaran? Kesabaran untuk menahaan perut dan kemaluan dari memperturutkan syahwat. Kesabaran untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan semua anggota badan dari berbagai perbuatan dosa. Serta kesabaran untuk menahan diri dari berbagai perbuatan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga.

Semoga, Ramadhan kali ini, bukan aneka sajian hidangan lezat di meja makan yang selalu aku pikirkan. Bukan gemerlap pakaian dan perhiasan indah yang selalu ada dalam ingatan. Melainkan karunia, hidayah dan ampunan Tuhan yang seharusnya aku impikan. Melainkan kemuliaan sebagai hamba Tuhan yang seharusnya aku rindukan.

So, untuk para blogger mania, untuk para sahabat Renungan Senja, dan untuk sahabat-sahabat dengan keyakinan yang sama, aku ingin mengucapkan:

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA
Mohon Maaf Atas Segala Kesalahan
Semoga Puasa Kita Diterima Oleh-Nya

Wassalam!

Minggu, 16 Agustus 2009

Cuci Otak

Pasca tragedi bom bunuh diri di hotel Ritz Charlton dan JW Mariot beberapa waktu silam, istilah cuci otak alias brainwash menjadi sangat populer. Apalagi setelah diketahui bahwa kejadian yang memilukan itu ternyata melibatkan pemuda-pemuda yang masih muda belia yang konon katanya telah mengalami proses cuci otak.

Istilah cuci otak sendiri, diartikan sebagai proses menghilangkan pendapat, keyakinan dsb. yang ada dan menggantinya dengan yang baru dengan cara paksa dan siksaan psikis dan fisik.

Dalam pemahaman sederhana cuci otak ibarat proses meng-install ulang program komputer dengan program baru yang diinginkan oleh sang penggunannya, sebagian atau seluruhnya. Nah, persoalan yang muncul kemudian adalah apakah program yang diinstall ulang itu adalah program yang original, certified, ataukah program aspal yang telah bercampur aduk dengan malware, atau virus yang justru bukan peningkatan kinerja yang diperoleh, melainkan sebaliknya kerusakan bahkan kehancuran.

Pemahaman umum tentang cuci otak selalu negatif. Hal ini dapat dimengerti, lantaran proses rekayasa pikiran dan keyakinan ini seringkali berhubungan dengan upaya dan tujuan melawan hukum, seperti terorisme dan bom bunuh diri, misalnya. Lantas, kalau cuci otak itu sebuah proses rekayasa pikiran dan keyakinan dari pikiran dan keyakinan lama yang negatif menjadi pikiran dan keyakinan baru yang positif, apakah ini juga bermakna negatif?

Karena boleh jadi otak kita pun saat ini harus sudah dicuci bersih dari segala pikiran kotor, dari debu-debu kemunafikan, dari kontaminasi virus-virus kemaksiatan agar kembali kinclong. Bukankah pikiran yang ingin selalu memperkaya diri, sikap tidak peduli terhadap penderitaan sesama, sikap yang selalu menghalalkan segala cara demi untuk sebuah tujuan adalah virus-virus kehidupan yang harus kita hilangkan? Bukankah sikap yang selalu merasa rendah diri, pesimis, pemalas, berkeluh kesah adalah virus-virus kesuksesan yang harus kita singkirkan?Bukankah sikap yang selalu mendewakan harta dan tahta pun adalah virus-virus kehidupan yang harus kita singkirkan lantaran akan membawa manusia kembali ke titik nadir peradaban?Bukankah semakin meredupnya api semangat kebangsaan dan rasa cinta terhadap tanah air, makin melemahnya jati diri sebagai bangsa yang merdeka adalah pertanda bahwa pikiran dan keyakinan bangsa ini harus dilakukan install ulang?

So, kalau piring, perabotan di rumah saja harus selalu dibersihkan agar terbebas dari kototan. Kalau halaman dan taman pun selalu kita bersihkan agar terjaga keindahannya. Maka sudah selayaknya pikiran dan keyakinan kitapun kita bersihkan dari segala debu dan kotoran agar kembali berfungsi sesuai dengan fitrah Tuhan.


 

© Created by Kang Rohman