Senin, 06 April 2009

Hedonisme, Titik Nadir Peradaban?

Globalisasi yang didorong oleh kemajuan di bidang iptek, telah memberi pengaruh amat dahsyat pada setiap sendi-sendi kehidupan umat manusia di penjuru jagat raya. Sebuah lompatan perubahan zaman yang tak bisa dihentikan. Ia menerjang laksana gelombang pasang dan menarik siapa saja ke dalam pusarannya. 

Persoalannya, akankah ini membawa umat manusia kepada sebuah peradaban baru, atau malah sebaliknya mendorong pada titik nadir peradaban. Perlahan namun pasti, perubahan radikal tatanan budaya lokal, maupun tata nilai sosial yang dianut tengah terjadi.  

Dan salah satu sisi gelap gelombang perubahan zaman adalah sikap dan perilaku manusia yang semakin mendewakan materi dan terperangkap dalam pusaran kehidupan bendawi. Inilah yang disebut budaya hedonisme di mana kesenangan dan kenikmatan materi menjadi tujuan utama. 

Tanpa disadari, bukankah seringkali kita memandang manusia dari bentuk luarnya saja: uang yang dimilikinya, rumah yang ditinggalinya, mobil yang dikendarainya, perhiasan yang dikenakannya, gelar yang disandangnya, dan jabatan yang dikuasainya. Bahkan, kesuksesan dan kegagalan seseorang seringkali hanya diukur dari indikator materi. 

Lebih celakanya lagi, karena materi ditempatkan dalam puncak piramida tujuan hidupnya, maka sangatlah tidak mengherankan seseorang akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Melanggar norma adalah hal biasa. Melanggar etika adalah hal lumrah. Bahkan melanggar hukum seolah menjadi budaya.  

Haruskan perubahan zaman ini kembali ke era kegelapan? Ataukah sebaliknya masih ada harapan menuju era pencerahan?  Jawabannya ada dalam dada dan jiwa kita sendiri. 

0 komentar:

Posting Komentar