Kamis, 30 April 2009

Alexa Rank, Emang Gue Pikirin!

Sebelumnya saya mohon maaf bagi siapa saja yang membaca ataupun hanya sekedar melirik-lirik tulisanku ini. Boleh jadi kecewa dan menyesal bahkan merasa tertipu. Pasalnya, meskipun disisipkan kata berikut logo Alexa, tulisan ini sama sekali tidak akan menulis seputar Alexa Rank. yang menjadi salah satu ukuran popularitas sebuah blog. Apalagi bagi para pencari dollar di dunia maya, ranking alexa ini menjadi daya tarik dan obsesi yang luar biasa. So, kalau Anda penasaran seputar Rank Alexa ini, datang saja ke www.alexa.com.

Saat pertama kali blog ini dibuat 14 Maret lalu, yang terpikir hanyalah keinginan menjadikan blog ini sebagai wahana ungkapan ekpresi dan perasaan hati. Namun seiring perjalanan waktu, seiring satu demi satu goresan pena yang aku posting, seiring satu demi satu sahabat yang berkunjung, timbul juga keinginan dan rasa penasaran juga untuk mengukur tingkat popularitas blogku ini.  Alhasil, sekitar akhir Maret kupasang juga tuh yang namanya widget alexa traffic rank. Hasilnya 17 juta-an!.  Keren yah? Hehehehe....!

Walaupun angkanya bikin malu, aku tetap bangga dan tidak merasa rendah diri. Ya, memang tidak perlu rendah diri, wong sebelumnya juga saya tidak peduli apakah blog-ku ini ada yang membaca ataupun tidak. Walau dalam hati kecil ingin juga sih punya blog seperti orang lain, yang banyak pengunjungnya. Kan enak punya banyak kenalan dan sahabat baru. Normal kan? Hehehehehe.......!

Lantas bagaimana rank alexa-nya sekarang? Lumayan, ada kemajuan walaupun sedikit. Saat tulisan ini dibuat, rank alexa-ku menunjukkan angka 9 juta-an.  

Bagi diriku, bukan karena adanya penurunan angka-angka itu yang membuat hati ini bahagia, melainkan ada hikmah kehidupan yang dapat kita petik dibalik perubahan angka 19 juta menjadi 9 juta. Karena angka-angka tersebut sama sekali tidak pantas untuk dibanggakan, kalau tidak dibilang malu-maluin!. 

Dan yang terpenting adalah.........
 
Saya sepenuhnya meyakini bahwa keberhasilan dalam hal apapun harus melalui proses. Tidak ada keberhasilan yang dapat diraih dalam sekejap. Jangan pernah bermimpi meraih kesuksesan secara instan seperti janji-janji manis yang bertebaran di dunia maya. Semuanya perlu kerja keras, pengorbanan, kesungguhan, dan keuletan. Karena memang itulah fitrah kehidupan sejati.    

Saat Masalah Datang Menghadang

Benar kata orang bijak yang mengatakan bahwa hidup ini selalu dihiasi berbagai masalah, diwarnai berbagai persoalan, dipenuhi berbagai rintangan dan dibayangi berbagai tantangan. Selama hayat masih dikandung badan, hal-hal tersebut tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita. 

Kalau kita renungkan, waktu demi waktu yang kita lalui, masa demi masa yang kita jelang, masalah hidup itu selalu ada. Dan, boleh jadi ia datang tanpa diundang.  

Masalah hidup bisa menimpa kita dalam wujud apa saja, kapan saja dan di mana saja - seperti iklan salah satu merek minuman bersoda ya?  Mulai dari persoalan sepele, hingga persoalan yang membuat kepala terasa mau pecah. Mulai dari masalah kecil di rumah tangga sampai urusan besar di tempat kerja yang dapat membuat jiwa tak berdaya. Mulai dari masalah terjebak macet di perjalanan hingga dihianati oleh orang-orang tersayang yang dapat membuat hidup tersiksa. Mulai dari masalah kekurangan uang belanja hingga kehilangan pekerjaan yang membuat seolah bumi gelap gulita.       

Dalam kasus dan kadar tertentu masalah dan persoalan hidup yang menimpa kita terkadang dapat menjadi beban pikiran, menghilangkan rasionalitas, nalar, juga kejernihan berpikir. Padahal, kalau kita berani menghadapinya, berusaha segala daya mengatasi dan mencari solusinya, justru akan memperkaya pengalaman bathin, makin memperkokoh jiwa, serta makin memperteguh keyakinan. Semakin banyak masalah yang kita hadapi, semakin banyak rintangan yang kita lewati, semakin banyak persoalan yang kita selesaikan, maka semakin kuatlah jiwa kita. Segala masalah dan persoalan hidup adalah tempaan untuk membuat pikiran dan hati kita semakin tajam. 

Oleh karena itulah, tidak ada alasan untuk lari dari masalah. Tidak ada alasan untuk menghindar dari persoalan. Lari dan mengindar dari masalah bukanlah solusi, bahkan semua itu akan memperbesar masalah dan persoalan. 

Dan orang yang hebat bukanlah mereka yang tidak mempunyai masalah dalam hidupnya, melainkan mereka yang mampu mengatasi dan mencari solusi atas setiap masalah dan persoalan yang dihadapi. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah lari pontang panting menghindarinya, apalagi berusaha mencari kambing hitam.  

Minggu, 26 April 2009

Renungan Tentang Orang-orang Duafha

Saat panggung politik negeri ini disuguhi berbagai adegan manuver para elit partai yang tengah kasak-kusuk menghimpun kekuatan, membangun koalisi, dan menggadang para jagoannya menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden, justru di panggung lainnya kita masih disuguhi tontonan yang mengenaskan, memprihatinkan, menebar iba serta menusuk hati nurani. 

Ya, di sudut-sudut remang kehidupan, di pojok-pojok kegelapan malam, di sekitar kita, di balik hingar-bingar pesta, masih ada puluhan juta orang yang tengah berjuang melawan ganasnya roda-gila zaman. Kejamnya ketidakadilan pembangunan yang mereka rasakan seolah-olah telah mengubur harapan, dan meluluhlantakan impian masa depan. Yang tersisa hanyalah nyanyian duka lara lewat nada-nada yang menyayat sukma.      

Saat ratusan milyar rupiah dana kampanye digelontorkan demi merebut tahta kekuasaan, jutaan saudara-saudara kita boleh jadi sedang meradang menahan rasa lapar, menggigil menahan hawa dingin, menangis menahan rasa sakit. Sungguh saat ini masih begitu banyak saudara-saudara kita tak mampu membeli makanan, tak memiliki tempat berteduh yang layak, tak memiliki pekerjaan tetap, tak memiliki kesempatan sekolah, bahkan boleh jadi mereka tak lagi memiliki harapan tentang masa depannya sendiri. 

Ancaman kemiskinan dan kehilangan harapan masa depan adalah menu keseharian dan kawan seperjuangan mereka. Namun, walau tangan-tangan mereka lemah, hati-hati mereka terkoyak, jiwa-jiwa mereka goyah, boleh jadi mereka tidak ingin menjajakan iba, tidak meminta belas kasihan, dan tidak memaksa uluran tangan orang lain. Boleh jadi mereka hanyalah menginginkan sedikit rasa empati dari para petinggi negeri karena mereka juga adalah putra-putri ibu pertiwi yang lahir dan hidup di negeri ini. 

Walaupun merupakan salah satu kewajiban negara, namun, tentu saja, mengulurkan tangan membantu saudara-saudara yang sedang menderita hakekatnya merupakan kewajiban kita semua. Kewajiban kita untuk membangkitkan kembali harapan dan semangat hidup yang masih tersisa. Kewajiban kita semua menghapus air mata duka lara mereka. 

Sabtu, 25 April 2009

Bumi Makin Renta

Tanggal 22 April telah ditetapkan sebagai hari bumi sejagat atau lebih kerennya Earth Day. Namun ironisnya, gema peringatan hari bumi ke-30 tersebut sepertinya kalah meriah dibandingkan dengan hiruk pikuk pesta demokrasi yang belum usai. Di tengah suhu politik yang kian menghangat, issu peringatan hari bumi sepertinya kurang menarik dan kurang eksotik untuk diperbincangkan. Karena pada kenyataanya, hampir semua media massa lebih senang mengangkat gosip tentang siapa yang akan menjadi calon presiden dan calon presiden. Atau potret bagaimana partai-partai sibuk ke sana ke mari menggalang kekuatan dan membangun koalisi.

Sejujurnya, kalau kita perhatikan dan renungkan, bumi ini kian renta. Kaki-kakinya lemah tak kuat lagi menahan beban ulah tangan-tangan semena-mena. Tangan-tangannya lunglai tak ada lagi tenaga tersisa untuk memberi penghidupan. Wajahnya pucat pasi karena darahnya telah dihisap sepanjang masa tanpa belas kasihan.

Waktu demi waktu berlalu bumi tempat kita berpijak ini kian mengkhawatikan. Suhu bumi makin panas, udara yang kita hisap penuh dengan polutan, bencana alam yang makin menggila terjadi di mana-mana, wabah penyakit makin meraja lela. Fenomena alam makin tak masuk akal.

Pedulikah kita pada bumi yang sedang meradang ini? Tegakah kita mewariskan kehancuran kepada anak-cucu dan generasi mendatang kelak?

Ayo kita selamatkan bumi!. Setiap orang dapat berkontribusi menyelamatkan bumi ini. Menanam sebatang pohon di halaman rumah, mengurangi penggunaan AC, menggurangi pemakaian bahan bakar, membuang sampah pada tempatnya, adalah hal-hal sepele namun apabila dilakukan secara konsisten sesungguhnya merupakan bagian dari gerakan menyelamatkan bumi dari kehancuran.

Kamis, 23 April 2009

Renungan di Hari Kartini

Bagi kaum perempuan, tanggal 21 April, merupakan momen yang paling bersejarah. Adalah seorang perempuan Kartini, yang berhasil meletakan tonggak sejarah baru bagi sebuah gerakan yang menuntut persamaan hak antara kaum perempuan dan laki-laki, atau yang kita lebih kenal dengan emansipasi.  Sebuah semangat perubahan dalam upaya mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.  

Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, catatan di pagi hari ini, tidak dimaksudkan untuk menceritakan sosok Kartini yang telah memberikan begitu banyak inspirasi, semangat, motivasi bagi kaum perempuan di negeri ini dalam memperjuangkan hak-haknya di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum dan bidang kehidupan lainnya.         

Bagi seorang yang tidak begitu memahami sejarah Kartini, tulisan ini pun tidak dimaksudkan untuk mempertanyakan apakah gerakan emansipasi yang diperjuangkan oleh para aktivis kaum perempuan itu tidak salah kaprah dan tidak menyalahi fitrah sebagai kaum perempuan?. Ataukah gerakan emansipasi yang diperjuang oleh mereka masih sejalan, sejiwa, searah dengan apa yang diinginkan oleh sang pelopor, Ibu Kartini kala itu?. 

Entahlah... 

Yang pasti saya hanya sedang merenung..... seperti apakah sosok pejuang Kartini masa kini. Apakah sosok kartini sejati hanya mereka yang berada di puncak karir, di puncak popularitas, di puncak tangga kehormatan dengan sederet prestasi dan prestise yang disandangnya? Apakah sosok kartini sejati hanya milik mereka yang duduk di singasana emas bermahkotakan intan permata? Apakah sosok kartini sejati hanya milik mereka yang ingin meyakinkan bahwa mereka sama hebatnya seperti kaum hawa? 

Entahlah .....

Yang pasti, menurutku, sosok Kartini sejati adalah ibuku, nenek dari anak-anakku. Dialah perempuan yang tidak pernah bercerita sedikitpun tentang siapa itu Ibu Kartini, dan apakah itu emansipasi apalagi yang namanya kesetaraan gender. Dialah perempuan yang bangga dan bahagia dengan keperempuanannya. Dialah perempuan yang 24 jam waktunya dihabiskan untuk anak-anak dan keluarganya. Dialah perempuan yang menyuapi, menceboki, memandikan anak-anaknya dengan penuh keikhlasan. Dialah perempuan yang mengajarkan anak-anaknya membaca, mengaji, dan memberi petuah bijak kehidupan. Dialah perempuan yang kasih sayang pada keluarganya mengalahkan semua jargon-jargon tentang emansipasi.

Senin, 20 April 2009

Ada Saatnya Meredam Ambisi

Bagi para fans Manchester United si seluruh penjuru jagat raya, kekalahan dari Everton di ajang piala FA melalui tos-tosan dini hari tadi tentu saja amat disayangkan. Pasalnya, proyek ambisius pasukan si Setan Merah untuk meraih lima gelar sekaligus di tahun ini sirna sudah. Satu peluang kini telah melayang. Namun, kalau dicermati, kekalahan itu sepertinya 'telah direncanakan' sang kreator Sir Alex. Dengan komposisi pemain yang diturunkan di pertandingan tersebut bukanlah tim ideal, jelas, Sir Alex sepertinya tak lagi berambisi meraih kemenangan. Ada apa gerangan? Mengapa ia melepas satu gelar yang sebenarnya berpeluang untuk dimenangkan?

Ada kemungkinan, Sir Alex sadar betul bahwa timnya bukanlah robot. Mereka adalah manusia biasa. Mereka bisa dihinggapi kelelahan, dan resiko cedera. Dengan keterbatasan tim yang dimiliki, dia harus menentukan pilihan, target mana yang paling pantas dibidik. Pilihan yang diambil rupanya melepas ambisi menjadi kampium di ajang FA, kemudian lebih fokus mempertahankan mahkota jawara di Liga Premier dan Liga Champion. Ini sebuah strategi yang cerdas.

Lantas adakah hikmah yang dapat dipetik dari sebuah tontonan yang telah menyita jam tidur kita? Tentu saja ada.

Pertama, hidup ini haruslah realistis. Setiap orang bebas memiliki keinginan, harapan dan impian, dalam karir, bisnis, hubungan sosial dan lainnya. Namun ambisi menggebu saja tidaklah cukup. Ambisi menggebu yang tidak ditopang oleh kesadaran atas kemampuan diri sendiri hanya akan berujung pada kekecewaan dan penyesalan semata. Kemampuan mengukur kekuatan dan kelemahan diri kita adalah strategi hidup yang bijaksana.

Kedua, hidup ini penuh dengan pilihan. Ada kalanya tidak semua pilihan atau peluang yang ada harus kita ambil. Sebagian malah terpaksa dan harus rela kita lepaskan demi meraih pencapaian kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Menekuni karir yang sekarang atau mencari karir di tempat lain? Menjadi pengusaha atau menjadi karyawan profesional? Membangun bisnis baru atau mengembangkan yang sudah ada? Dan begitu banyak pilihan yang harus kita ambil di sepanjang perjalanan hidup kita.

Meredam ambisi terkadang terasa menyakitkan. Namun kehilangan semua peluang jauh lebih menyakitkan.

Jumat, 17 April 2009

Ikutilah Takdirmu!

Hidup ini seperti air sungai yang mengalir. Bergerak menuju pantai harapan. Alur yang berkelok-kelok, batu-batu besar yang menghadang, dinding terjal di sepanjang perjalanan, dilewatinya dengan penuh keikhlasan. Tak pernah mengeluh, tak pernah bertanya. Hanya bergerak mengikuti takdir yang ditetapkan padanya. Inilah kehidupan, penuh misteri dan keajaiban. Ada ketetapan yang tidak dapat kita elakan. Itulah takdir Tuhan.     

Dalam keseharian, disepanjang perjalanan hidup kita, betapa banyak rahasia, misteri dan keajaiban yang kita alami. Betapa banyak kejadian yang tidak kita bayangkan sebelumnya terjadi dan kita alami, entah itu sesuatu yang menyenangkan ataupun yang menyakitkan, yang membagiakan ataupun yang menyedihkan, yang membuat kita tertawa ataupun yang membuat kita mencucurkan air mata. 

Boleh jadi, kita, pada suatu saat, dapat bertemu, berkumpul kembali dengan kawan-kawan lama setelah puluhan tahun berpisah. Sebuah pertemuan yang tidak disangka-sangka, tidak pernah direncanakan dan diimpikan sebelumnya. Bahkan mungkin saja nama dan wajahnya pun sudah menghilang dari ingatan kita.   

Boleh jadi, karir dalam pekerjaan yang kita capai, bisnis yang kita jalani, popularitas yang kita peroleh, keberlimpahan yang kita dapatkan saat ini adalah keberhasilan hidup yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Kita memang berhak berkeinginan menjadi apa dan siapa suatu saat nanti, tapi tidak jaminan bahwa kita dapat berhasil menjadi apa dan siapa kelak. 

Dan bukankah kita pun tidak pernah tahu siapa, secantik apa, sebaik apa, sesempurna apa, pendamping hidup kita. Boleh jadi kita memiliki idaman, bayangan, dambaan dan harapan, tetapi pastikan idaman kita dapat menjadi kenyataan? Tidak selamanya, bukan? 

Inilah setitik dari luasnya lautan misteri kehidupan. Karenanya kehidupan ini menjadi lebih bermakna, lebih menantang dan penuh romantisme.  

Kamis, 16 April 2009

Siap Menang, Ya, Siap Kalah!

Dalam sebuah kompetisi, dalam hal apapun, akan ada yang tampil menjadi pemenang, namun tentu adapula yang harus kalah. Sejatinya, menang dan kalah bukanlah sesuatu yang luar biasa, karena itu hanyalah bagian dari drama kehidupan. Hanya saja, diri kita terkadang begitu berambisi dan terobsesi akan manisnya kemenangan, tapi seringkali lupa mempersiapkan diri menerima pahitnya kekalahan. 

Perlu bukti? Lihatlah kejadian yang banyak terjadi akhir-akhir ini di sekitar kita. Para caleg yang menjadi stress bahkan defresi gara-gara ia kalah dalam pemilu legislatif beberapa waktu lalu. Atau ada juga yang menjadi gila gara-gara gagal menjadi bupati dalam sebuah pilkada. Bahkan adapula yang melampiaskan kekesalan, kekecewaan, dan ketidakpuasannya dengan bertindak kasar bahkan mengarah anarkis.

Ah.... perasaan heran, bingung bercampur aduk menjadi satu. Mengapa diri kita enggan berjiwa besar, berlapang dada menerima setiap kekalahan? Mengapa diri kita terkadang begitu sulit menyadari bahwa dalam sebuah kompetisi pasti ada yang kalah dan ada yan menang? 

Menang dan kalah adalah sebuah keniscayaan. Dan pemenang sejati bukanlah hanya mereka yang berdiri di podium kehormatan, berkalungkan medali kemenangan dengan piala dalam genggaman semata. Pemenang sejati adalah mereka yang menang tetapi tidak menepuk dada, dan mereka yang kalah tetapi tidak patah semangat. Pemenang sejati adalah mereka yang tetap berdiri tegak walaupun kaki-kaki mereka lemah, berjiwa tegar walau hatinya sedang dirundung duka, pikiran mereka jernih walau kekalahan itu terasa menyakitkan.    

Kekalahan tak semestinya kehilangan kendali, jati diri, dan orientasi. Anggaplah kekalahan itu jamu kuat yang terasa pahit di lidah namun menyehatkan badan. Anggaplah kekalahan itu sebuah kesuksesan yang tertunda. Anggaplah kekalahan itu cambuk untuk diri kita bekerja lebih keras, berjuang lebih sungguh-sungguh, dan berdoa lebih khusyu. 
 

Sabtu, 11 April 2009

Renungan Kemenangan


SELAMAT! SUKSES! Kata-kata indah itu terus meluncur dari mulut-mulut saudara, kerabat, sahabat, tetangga, kolega, rekan kerja para calon anggota dewan yang menjadi 'pemenang' pada pemilu legislatif beberapa hari lalu. Kegembiraan terpancar jelas dari rona wajahnya, tak bisa disembunyikan. Matanya berbinar memancarkan gairah. Rasa penat dan lelah sirna seketika, berganti gairah membara. 

Inilah aroma kemenangan. Ia dirindukan oleh siapa saja. Ia laksana anggur merah yang dapat membangkitkan gairah siapa saja yang meminumnya. Ia laksana mahkota bertahta intan permata yang menjadi dambaan para putra raja. Ia laksana surga dunia yang membuat orang sering terlena. 

Kemenangan dan kekalahan adalah perhiasan kehidupan. Karenanya kehidupan ini penuh warna. 

Kemenangan bukan berarti mengalahkan sang lawan hingga mereka terhina. Kemenangan bukan lantas menepuk dada. Dan bukan pula harus besar kepala. Karena kemenangan bukanlah tujuan akhir, tetapi hanyalah persinggahan saja.  

Kemenangan bukan saatnya berpesta pora. Kemenangan adalah saatnya menyingsingkan lengan baju, memulihkan stamina, mengumpulkan tenaga, untuk memenuhi janji-janji yang pernah diucapkan, melaksanakan rencana-rencana yang pernah dibuat. 

Lupakanlah puja-puji yang memabukan karena ia akan membuat lupa daratan.

Kamis, 09 April 2009

Yuk.. Nyontreng Yuk..!

Jam 05.00 wib aku terbangun. Udara di luar terasa begitu dingin seolah menusuk-nusuk sendi dan tulangku. So, malas rasanya harus mandi di pagi hari. Tetapi karena aku harus pergi ke pesta demokrasi, terpaksa aku mandi juga. Hi..hi...hi... dingin sekali!

Harapan semalam berharap aku dapat ilham dalam tidur lelapku tidak menjadi kenyataan. Kebingungan dan kebimbangan yang aku rasakan harus aku putuskan. Ya, suka atau tidak suka, bingung atau tidak bingung, hari ini aku harus memutuskan kepada siapa suaraku akan diberikan, meskipun tak ada yang aku kenal seorang pun mereka-mereka yang menamakan dirinya sang calon anggota dewan.

Lantas siapakah yang aku pilih? Mudah saja. Di tiang listrik depan rumahku, beberapa waktu lalu ada yang pernah menempelkan poster seorang calon anggota dewan. Tidak ingat betul, tetapi semoga masih mengingat namanya pada saat pencontrengan nanti.

Semudah itukah memilih seorang wakil rakyat? Sesederhana itukah nasib masa depan bangsa ini dipertaruhkan lima tahun ke depan? Saya kira ya, karena aku harus memilih diantara banyak pilihan yang membingungkan, serba tidak jelas rekam jejaknya, tidak kenal siapa dan bagaimana mereka sesungguhnya.

Apakah ini sama saja dengan membeli kucing dalam karung? Bisa jadi begitu. Tapi saya hanya bisa berharap semoga kucing yang aku beli bukan 'kucing garong', melainkan 'kucing Persia' yang lucu, atau 'kucing Anggora' yang menggemaskan.

SELAMAT MENCONTRENG!

Rabu, 08 April 2009

Bingung, Yontreng Siapa Yach?

Jam 11.30 wib. Sudah larut malam, tapi mata ini belum juga mau terpejam. Mungkin karena hatiku masih bimbang, ragu dan galau belum punya pilihan kepada siapa 'suara' ini akan aku berikan di pemilihan umum esok hari. Tak ada seorangpun caleg dari partai peserta pemilu yang aku kenal dengan baik, selain hanya melihatnya dari poster, baligho, billboard yang terpampang beberapa waktu lalu. Itu pun hanya selintas saja, sambil lewat. 

Mungkinkah diriku saja yang bingung? Atau malah sebaliknya banyak teman-teman yang sama-sama bimbang dan ragu seperti diriku? Gejala apakah ini? Apakah para caleg di wilayahku kurang sosialisasi? Ataukah memang aku yang kurang peduli terhadap pesta demokrasi di negeri ini?. 

Aku memang pantas bingung, karena menurut petinggi negeri ini suaraku akan turut menentukan sejarah perjalanan bangsa dan negara ini lima tahun ke depan. Dan aku pantas bimbang karena memilih pemimpin itu selain hak warga negara juga merupakan kewajiban. Jadi kalau tidak memilih kan dosa, lho..? 

Tapi, siapa yang harus aku pilih? Pantaskah aku menentukan pilihan seseorang yang menjadi wakil diriku di parlemen hanya dengan melihat, membaca slogan dari media promo yang berserakan di sana sini?. Pantaskah aku memilih seorang wakil rakyat yang aku sendiri tidak yakin kredibilitas, kapabilitasnya dan rekam jejaknya?  

Entahlah, yang pasti jarum jam di dinding rumahku terus bergerak, waktu pun terus berlalu. Jam 12.00 tepat. Malam semakin larut. Mataku mulai terasa berat. Rasa kantuk yang hinggap mulai mengalahkan rasa ragu dan bimbang. Dan, akhirnya aku putuskan. Tidur saja. Siapa tahu selama tidur aku bermimpi dan mendapat ilham kepada siapa esok pagi suaraku akan aku berikan...... 

Zzzz ... Zzzz ....Zzzzz

Selasa, 07 April 2009

Minggu Tenang ... Pemilu Jelang

Minggu tenang, ini hari. Masa kampanye itu telah usai. Kotaku terasa lebih lenggang dari biasanya. Haru biru pesta demokrasi seolah berlalu.
     
Atribut-atribut partai dan para caleg yang sebelumnya memenuhi sudut-sudut kotaku hingga hampir tiada ruang kosong tersisa, kini satu demi satu mulai dipreteli, dan telah mengisi ke tong-tong sampah. Tidak terlihat lagi para photo model dadakan yang terpampang di sudut jalan, tiang-tiang listrik dan dinding bangunan. Pemandangan kotaku yang sebelumnya amat sumpek, semrawut, kini sedikit terasa lebih enak dipandang. 

Minggu tenang, ini hari. Saatnya para macan panggung beristirahat, memulihkan stamina, setelah berlalu lalang dari panggung ke panggung, berteriak lantang membakar semangat para simpatisannya hingga tiada tersisa lagi suaranya.    

Minggu tenang, ini hari. Para calon anggota dewan sedang menanti, penuh harap dan cemas. Apakah ribuan masa yang mereka kerahkan pada saat kampanye terbuka benar-benar akan memilihnya? Apakah uang kadeudeuh, dana partisipasi, dana sosial, sumbangan sukarela, dan lain sebagainya yang mereka telah berikan akan mempengaruhi calon pemilihnya? Apakah janji-janji dan program-program yang mereka sampaikan dapat tepat sasaran? 

Minggu tenang, ini hari. Saatnya para pengusaha cetakan, kaos dan beragam atribut kampanye, para pengusaha biro iklan, para pengusaha media,  para konsultan kampanye, boleh jadi saat ini tengah duduk bersantai dengan wajah sumringah, karena jutaan, ratusan juta, bahkan mungkin milyaran rupiah telah masuk ke rekeningnya, menambah pundi-pundi kekayaannya.  Dan boleh jadi mereka sedang berdoa, semoga pemilu dilaksanakan setiap minggu, biar mereka cepat menjadi konglomerat, ha..ha...ha....!

Minggu tenang, ini hari. Para rakyat hanya bisa berharap semoga janji-janji mereka dapat dilaksanakan. Harapan dan impian menjadi kenyataan. Ataukah sebaliknya, mereka sedang menanti serangan pajar dari para calon anggota dewan di pagi hari? he...he....he.... 

Minggu tenang, ini hari. Bagiku adalah waktu untuk menunggu agar aku bisa terus menulis di blog kesayanganku. 

MARI SUKSESKAN PEMILU 2009!
SELAMAT MENJADI PEMILIH YANG BIJAK!. 
JANGAN SALAH PILIH WAKIL-WAKIL KITA!  


Senin, 06 April 2009

Hedonisme, Titik Nadir Peradaban?

Globalisasi yang didorong oleh kemajuan di bidang iptek, telah memberi pengaruh amat dahsyat pada setiap sendi-sendi kehidupan umat manusia di penjuru jagat raya. Sebuah lompatan perubahan zaman yang tak bisa dihentikan. Ia menerjang laksana gelombang pasang dan menarik siapa saja ke dalam pusarannya. 

Persoalannya, akankah ini membawa umat manusia kepada sebuah peradaban baru, atau malah sebaliknya mendorong pada titik nadir peradaban. Perlahan namun pasti, perubahan radikal tatanan budaya lokal, maupun tata nilai sosial yang dianut tengah terjadi.  

Dan salah satu sisi gelap gelombang perubahan zaman adalah sikap dan perilaku manusia yang semakin mendewakan materi dan terperangkap dalam pusaran kehidupan bendawi. Inilah yang disebut budaya hedonisme di mana kesenangan dan kenikmatan materi menjadi tujuan utama. 

Tanpa disadari, bukankah seringkali kita memandang manusia dari bentuk luarnya saja: uang yang dimilikinya, rumah yang ditinggalinya, mobil yang dikendarainya, perhiasan yang dikenakannya, gelar yang disandangnya, dan jabatan yang dikuasainya. Bahkan, kesuksesan dan kegagalan seseorang seringkali hanya diukur dari indikator materi. 

Lebih celakanya lagi, karena materi ditempatkan dalam puncak piramida tujuan hidupnya, maka sangatlah tidak mengherankan seseorang akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Melanggar norma adalah hal biasa. Melanggar etika adalah hal lumrah. Bahkan melanggar hukum seolah menjadi budaya.  

Haruskan perubahan zaman ini kembali ke era kegelapan? Ataukah sebaliknya masih ada harapan menuju era pencerahan?  Jawabannya ada dalam dada dan jiwa kita sendiri. 

Minggu, 05 April 2009

Hidup Itu Sederhana


Hidup itu sederhana, diri kitalah yang membuatnya rumit dengan rangkaian angan-angan yang tidak berkesudahan, sejuta keinginan-keinginan yang diluar batas kewajaran.

Hidup itu sederhana, diri kitalah yang membuatnya rumit dengan lebih banyak menggerutu daripada mencari solusi atas setiap masalah yang dihadapi, lebih banyak mengeluh daripada kesadaran menerima kenyataan.

Hidup itu sederhana, diri kitalah yang membuatnya rumit dengan rencana-rencana yang tidak pernah mau kita laksanakan, janji-janji yang tidak pernah mau kita tepati.

Hidup itu sederhana, diri kitalah yang membuatnya rumit dengan lebih banyak meminta daripada memberi, lebih banyak berharap daripada berusaha.

Hidup itu sederhana, karena Tuhan telah menciptakan untuk kita semua fasilitas, sarana dan keperluan yang kita butuhkan.

Hidup itu sederhana, karena Tuhan tidak pernah memberikan kepada kita ujian dan cobaan diluar batas kemampuan.

Sabtu, 04 April 2009

Blogging Itu Gampang


Anda ingin nyoba ngeblog tapi kurang pede karena merasa pemula di dunia maya? Anda malu bertanya pada teman Anda? Dan Anda pun malas membaca buku petunjuk dan teknik ngeblog yang telah banyak tersedia?

Santai saja.....!. Tidak usah pusing, tidak usah bingung, dan tidak usah repot. Don't worry! Do it now!

Ngak usah mikirin macem-macem. Nikmati saja. Duduk santai. Cari apa yang Anda mau, dijamin keinginan Anda terpenuhi. Kata orang, dunia maya itu seperti mbah dukun. Be here, everything is available!

Semua petunjuk yang diperlukan untuk ngeblog semuanya ada di dunia maya; petunjuk, teknik, trik untuk menjadikan blog kita terlihat sempurna. Yang diperlukan Anda, rajin klik sana-klik sini, selancar ke sana-selancar ke sini.

Entah berapa banyak blog tutorial yang ada di dunia maya (terkadang bikin pusing juga???). Namun, salah satu blog tutorial yang sering saya kunjungi yang menyediakan petunjuk praktis dari A sampai Z bagi para blogger pemula seperti saya adalah Kolom Tutorial Kang Rohman. Menurut saya, benar-benar asyik dan memberikan banyak pencerahan.

Benar kata pepatah, di mana ada kemauan di situ ada jalan. Selamat ber-blogging ria!!!
 

© Created by Kang Rohman