Minggu, 29 Maret 2009

Serba-serbi Pesta Demokrasi

Jadwal kampanye terbuka masih tersisa. Arakan-arakan para simpatisan partai masih memenuhi ruas-ruas jalan. Lapangan terbuka di tengah kotaku pun penuh sesak dengan para simpatisan partai. Yel-yel penuh semangat dan kemenangan masih mereka teriakan dengan lantang. Janji-janji manis pun dari para calon anggota dewan masih dapat kita dengarkan.

Dalam diam aku bertanya .............

Masih perlukah penyampaian program-program dan janji-janji itu disampaikan dengan kampanye terbuka, dan arak-arakan dijalan yang makin menambah kemacetan dan ketidaknyamanan para pengguna jalan, bahkan tidak sedikit menimbulkan rasa ketakutan?

Ataukah kampanye terbuka itu memang harus dilakukan sebagai sarana untuk unjuk kekuatan dan kebesaran sebuah partai?

Entahlah.......

Aku hanya bisa merenung ......

Mungkin saja, kampanye terbuka, bertemu masa pendukung dan simpatisan, dan menyampaikan pidato politik kepada mereka secara langsung masih tidak dapat dielakan dalam sebuah ajang pesta demokrasi di negeri ini.

Hanya saja, adakah cara yang lebih elegan daripada hanya sekedar kumpul-kumpul di lapangan, sambil bergoyang dalam iringan dendang lagu-lagu dangdut? Karena bukankah orasi para orator hampir tidak pernah mereka dengarkan?.

Arak-arakan di jalan apalagi dengan membawa anak-anak, serta dengan mengabaikan peraturan bukanlah suatu cara menarik simpati yang elegan. Bahkan, boleh jadi itu akan menerima cibiran. Bukankah masih banyak cara lain untuk meyakinkah bahwa calon mereka pantas pergi ke senayan, partai mereka pantas menjadi pilihan?

Saya dan mungkin saja ratusan, ribuan dan jutaan calon pemilih lainnya di negeri ini sepaham/sependapat bahwa kampanye tertutup yang bersifat dialogis dengan jumlah massa terbatas, merupakan cara dan metoda kampanye yang harus menjadi pilihan dan mendapat perhatian lebih besar. Ke depan, porsi kampanye terbuka sebaiknya dapat dikurangi.

Ah ..................

Masa-masa kampanye terbuka masih akan terus ada di negeri ini. Pemilihan presiden, gubernur, walikota, bupati masih akan terus menghiasi perjalanan bangsa ini ke depan.

So..., perasaan kesal, jengkel, dan kecewa karena jalanan makin macet dan perjalanan kita terganggu, haruslah kita terima dengan lapang dada, jiwa besar, penuh kesabaran karena itulah realita bukan hanya cerita.

Sampai jumpa lagi.
zzz...zzz....zzz....zzz....zzz....zzz.

0 komentar:

Posting Komentar